Permasalahan Dalam Menyusui dan
Cara Mengatasinya
a.
Puting susu datar dan terpendam
Cara mangatasinya:
Puting susu ditarik-tarik sampai menonjol, kalau perlu dengan bantuan pompa
susu.
b.
Puting lecet dan nyeri
Hal ini disebabkan
oleh karena posisi menyusui atau cara menghisap yang salah, puting susu belum
meregang (belum siap untuk disusui), dan hisapan bayi sangat kuat.
Cara mengatasinya:
- Mulai menyusui pada puting yang tidak sakit
- Susui sebelum bayi sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat
- Perbaiki cara menghisap, bibir bayi menutupi areola diantara gusi atas dan bawah
- Jangan membersihkan puting dengan sabun atau alkohol
- Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusui. Letakkan jari kelingking di sudut bawah
- Keluarkan sedikit ASI untuk dioles pada puting selesai menyusui
- Biarkan puting kering sebelum memakai BH
- Kalau lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas
- Usahakan bayi menghisap sampai kebagian hitam disekitar puting (aerola).
c.
Payudara bengkak
Sekitar hari ke 3-4
payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri.
Cara mengatasinya:
- Susuilah bayi sesuai kebutuhan
- Susuilah bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan
- Keluarkan ASI dengan pompa atau manual dengan tangan bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi
- Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat
- Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal.
d.
Saluran ASI tersumbat
Cara mengatasinya:
- Kelurakan ASI dengan tangan/pompa
- Kompres air hangat sebelum menyusui, kompres air dingin setelah menyusui
e.
Radang payudara
Terjadi pada 1-3
minggu setelah melahirkan. Tanda-tandanya adalah:
- Kulit payudara tampak lebih merah
- Payudara mengeras
- Nyeri dan berbenjol-benjol
Cara mengatasinya:
- Tetap menyusui bayi
- Bila disrtai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan menghilangkan rasa nyeri
- Bila belum berhasil segera rujuk ke Puskesmas
- Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur.
f.
Payudara abses
Abses pada payudara
disebabkan karena radang payudara. Untuk sementara payudara yang abses tidak
dipakai untuk menyusui. Segeralah menemui dokter atau bidan. Setalah sembuh
bayi dapat menyusui kembali.
g.
Produksi ASI kurang
- Ibu perlu menjaga ketenangan pikiran
- Cukup istirahat dan mempertinggi rasa percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
- Makanan ibu cukup bergizi
- Tingkatkan frekuensi menghisap/menyusui
Kendala
Pemberian ASI Eksklusif
Setiap
orangtua pasti menginginkan bayinya lahir secara normal, sehat dan dapat tumbuh
secara optimal, serta diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dan berguna
bagi masyrakat. Tugas mulia seorang ibu adalah hamil, melahirkan, kemudian
menyusui bayinya. Sementara kewajiban orang tua adalah mendidik, membesarkan
dan menjadi panutan bagi anak-anaknya agar impian mendapatkan anak yang
berkualitas dapat terwujud.
Bayi
baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk pemberian
makanan yang ideal. Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir
selain ASI. World Health Organization (WHO) dan United Nations
Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu
ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan
lain selain ASI.
Dalam
kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang
dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Akan tetapi dengan motivasi ibu/ayah
yang kuat, pengetahuan dasar yang dimiliki ibu dan ayah, serta usaha yang terus
menerus, sabar dan tekun, serta didukung oleh fasilitas persalinan SAYANG BAYI
tidak mustahil pemberian ASI eksklusif dapat berhasil.
Beberapa
kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke Klinik
Laktasi, yaitu
- produksi ASI kurang
- ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
- ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
- bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)
- kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses
- ibu hamil lagi padahal masih menyusui
- ibu bekerja
- kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.
Berikut
ini akan dibahas satu persatu kendala tersebut agar dapat dipahami masalah dan
tata laksananya.
Produksi
ASI kurang
Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI adalah rangkaian pertanyaan yang sering disampaikan oleh ibu, terutama saat pertama kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak.
Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :
Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI adalah rangkaian pertanyaan yang sering disampaikan oleh ibu, terutama saat pertama kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak.
Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :
- Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
- Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam / menyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari.
Hal
yang dapat dilakukan untuk menolong ibu yang ASI nya kurang adalah mencoba
menemukan penyebab. Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan
diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu :
1. Faktor menyusui
1. Faktor menyusui
Hal-hal
yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi menyusu
dini, (2) menjadwal pemberian ASI, (3) memberikan minuman prelaktal (bayi
diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, (4)
kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, (5) tidak
mengosongkan salah satu payudara saat menyusui
Inisiasi
menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada iatau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya
setidaknya satu jam setengah kelahiran. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu
dini disebut sebagai baby crawl.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi
ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada minggu
pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki
bayi agar bayi tetap mengisap.
Penggunaan
kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan
sering menimbulkan masalah “bingung puting”. Pemberian makanan pendamping pada
bayi sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Bayi
menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusu. Posisi dan perlekatan mulut
bayi saat menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang
baik dapat dibaca selengkapnya di bab Manajemen Laktasi.
2. Faktor psikologis Ibu
2. Faktor psikologis Ibu
Persiapan
psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak
mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI
nya berkurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui
sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga
dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3. Faktor Fisik Ibu
3. Faktor Fisik Ibu
Faktor
fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau
alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi,
peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat
mengurangi produksi ASI.
Khusus
untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh
menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat
penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu
penderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus.
Bila
ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap
menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI
setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya.
Bila
keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali
dan bila perlu dilakukan proses relaktasi.
Ibu
harus diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan bila
menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam
ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek samping
obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi. Walaupun demikian beberapa
obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain: obat psikiatri,
obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen (pil anti
hamil), dan golongan diuretika.
Bayi
yang mengantuk, malas minum, kuning perlu dipikirkan pengaruh obat tertentu.
Segera
konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat tersebut tidak
dapat diganti dengan jenis obat lain, maka untuk sementara dianjurkan
memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke klinik laktasi rumah
sakit terdekat.
Obat
antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin, cloxacilin,
pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi selama ibu menyusui. Sedangkan obat
anti tuberkulosa, obat cacing, antihistamin, antasida, hipertensi,
bronkodilator, kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan beberapa suplemen
nutrisi (yodium) bila memang diperlukan dapat diberikan tetapi dengan
pemantauan ketat dari dokter.
4.
Faktor Bayi
Ada
beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.
Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.
Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.
Bila
bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya dan
diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak
menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung
puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tata laksana laktasi
yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan
konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif.
Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut ‘suplementer’.
Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut ‘suplementer’.
Suplementer
menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi
menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang
tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik atau breast feeding
supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena
mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk
memproduksi ASI.
Produksi
ASI dapat bertambah bergantung dari motivasi ibu dan keinginan bayi untuk
menyusu kembali. Bila produksi ASI sudah mencukupi, suplementer tidak perlu
digunakan lagi. Makin lama tidak menyusui, makin lama diperlukan penggunaan
suplementer.
Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Kelainan ibu
Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses.
Puting lecet / puting luka
Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Kelainan ibu
Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses.
Puting lecet / puting luka
Kelainan
ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling
utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak
melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan
menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi
terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada
puting. Bagaimana mengatasinya?
Yang
pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan
pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis).
Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses
menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat
menjulur keluar (tongue tie).
Pengobatan
yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan. Membangkitkan
rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu
dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu
melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan
baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan
payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand.
Bila
diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan
cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat diberikan
bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang diperah luka
dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan
sabun, lotion , salep, atau menggosok-gosok dengan handuk.
Payudara penuh dan/atau bengkak
Payudara penuh dan/atau bengkak
Ibu
sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa
nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana
proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara
bengkak.
Payudara
penuh,
(1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai
diproduksi,
(2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat
mengalir keluar,
(3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan ibu bahwa payudara penuh
adalah suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin
sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara
menjadi lebih lunak.
Payudara
bengkak (engorgement),
(1) payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat
nyeri,
(2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe,
(3) sekresi
ASI sudah mulai banyak,
(4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak
dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi
tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan
keluarkan ASI.
Apa
yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak? Segera menyusui
setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu bayi/ibu dapat melakukan
proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi melekat dengan baik di payudara.
Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat
menghisap susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara.
Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI dan berikan
ASI dengan cangkir.
Melakukan
stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan cara kompres
hangat pada payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu dengan lembut
pada tengkuk dan punggung, mengurut payudara dengan lembut, merangsang payudara
dan putting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks. Setelah menyusui
kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu,
yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa nyeri akan berkurang.
Mastitis dan Abses
Mastitis dan Abses
Mastitis
merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi
atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa
kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.
Mastitis,
memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas
dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya
antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana
dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI
tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang
rasa sakit
Abses,
memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan
terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat.
Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan
antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit
Ibu hamil saat masih menyusui
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:
Ibu hamil saat masih menyusui
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:
- Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.
- Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.
- Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.
Bila
menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu (1)
volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, (2) puting akan
lecet, (3) ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa ASI berubah ke arah
kolostrum, (5) terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil
Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
- Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
- Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
- Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
- Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.
- Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
- Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.
- ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
- Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.
Kelainan
bayi
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.
Kesimpulan
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.
Kesimpulan
Air
susu ibu sebagai makanan bayi yang paling ideal dan tidak dapat digantikan oleh
susu formula sudah tidak perlu disangkal lagi. Keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif 6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar
tentang menyusui, usaha yang terus menerus, dan dukungan fasilitas persalinan
“Sayang Bayi”. Pengetahuan dan keterampilan petugas yang terkait dalam
keberhasilan manajemen menyusui harus selalu ditingkatkan agar mereka dapat
berperan aktif dalam mengatasi kendala yang mungkin timbul selama proses
menysusui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar