BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit Hernia pada anak tetap
merupakan problem kesehatan uang tidak bisa lepas dari problem social. Banyak
orang tua membawa anaknya dengan tonkolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun
sebelum ke rumah sakit atau ke dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa
malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal
inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia.
Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbilnya
hernia inguinalis lateralis.
Di Indonesia diperkirakan 102 ribu
anak menderita penyakit hernia. Untuk data dijawa tengah, mayoritas usia
penderita selama Januari – Desember 2007 berkisar antara 2 – 5 tahun, dengan
rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51 – 211 penderita, dan umur 5 tahun
berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah
tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan
kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah
masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasusu hernia
yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan
terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase
penyakit bedah lainnya
1.2.1
Ruang
Lingkup Masalah
1) Defenisi
2) Etiologi
3) Manifestasi
Klinis
4) Pemeriksaan
5) Pengobatan
6) Penatalaksanaan
1.2.2
Tujuan
Penelitian
a. Agar
kita dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala penyakit hernia
b. Untuk
mengetahui sebab dan factor pencetusnya
c. Dapat
mengetahui cara-cara penanganan penyakit hernia
d. Dapat
menerapkan penanganan hernia pada sebuah kasusu hernia yang pernah ditemukan di
rumah sakit.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
2.1
Konsep
Dasar Medis
2.1.1
Defenisi
Hernia atau yang lebih dikenal denagn
turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buha zakar seiring melemahnya
lapisan otot dinding perut. Penderita hernia memang kebanyakan laki-laki,
terutamna anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi
infeksi di dalamnya, misalnya jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal dari bahasa latin, hernia,
yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan
pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi
yang keluar berupa bagian dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak,
lebig disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring denagn turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa,
karena adanya yang tinggi dalam rongga perut dank arena usia yang menyebabkan
lemahnya otot dinding perut.
Penyakit hernia
banyak diderita oleh orang yang tinggal di daerah perkotaan yang notabene yang
penuh dengan aktivitas mauoun kesibukan dimana aktifitas tersebut membutuhkan
stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka,
penyakit hernia akan segera menghampirinya.
2.1.2
Etiologi
Hernia yaitu menonjolnya isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah akan membentuk suatu kantong dengan kantong berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa
bagian dari usus.
2.1.3 Patofisiologi
a. Umbilical
/ para – umbilical
b. Inguinal
(direk dan indirek)
c. Femoral
d. Insisional
2.1.3.
Manifestasi Klinis
Sebenarnbya sudah banyak masyarakat
yang tahu tentang gejala awal penyakit hernia, namun seringkali tidak
menyadarinya. Pada awalnya, gejala yang dirasakan oleh penderita adalah berupa
keluhan benjolan di lipatan paha. Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk,
bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan keluhan
nyeri itu akan hilang bila penderita berbaring.
Gejala klinis yang bisa muncul tak
berbeda dari penyakit-penyakit pada umumnya, seperti mual muntah, susah makan,
dan tubuh demam. Lantaran itulah Cosmas mengimbau orang tua agar segera membawa
bayinya ke dokter saat melihat gejala-gejala tadi, agar diagnose penyakit si
kecil dapat segera ditegakkan.
Gejala khususnya muncul berdasarkan
berat-ringan hernia
1.
Responsible
: Benjolan di daerah lipat paha atau umbilicus tampak keluar masuk
(kadang-kadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan
hernia dari tumor yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana
dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat
mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilicus akan terasa besar sebelah.
Sedangkan pada bayi wanita, seringkali ditemukan bahwa labianya besar sebelah.
Labia adalah bagian terluar dari alat kelamin perempuan.
2.
Irreponible
: benjolan yang ada sudah menetap, baik dilipat paha maupun di daerah pusat.
Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan
usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa
keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapu belum ada
tanda-tanda perubahan klinis pada anak.
3.
Incarcerate
: benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran
makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis
bayi pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa
buang air besar, dan tidak mau makan.
4. Strangulate
: ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah
terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerate, gejala
lain juga muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama
pembuluh darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun
yang kemudian akan menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi
sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam
nyawa si bayi. Sangat mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan
nyeri yang luar biasa.
2.1.3
Pemeriksaan
Pemeriksaan umum yaitu pasien datang
dengan benjolan di tempat lokasi hernia. Pemeriksaan ginekologi yaitu
mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha dan 10 kali lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita.
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti
ultrasonografi (USG), CT SCAN, maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih
lanjut keterlibatan organ-organ yang “terperangkap” dalam kantung hernia
tersebut. Pemeriksaan dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
2.1.4
Pengobatan
Sebenarnya tidak semua hernia harus
dioperasi. Bila jaringan hernia masih dapat dimasukkan kembali, maka
tindakannya adalah hanya menggunakan penyangga atau korset untuk mempertahankan
isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi, reposisi spontan
dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastic. Bila sudah tidak
dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang ahrus dilakukan adalah
melalui operasi.
2.1.5
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi
2, konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
pengembalian posisi (dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara
manual) dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera
dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan
analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedative (penenang) yang cukup untuk
memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan
tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak
dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap
operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi
(pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh
darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan hernia. Operasi merupakan
penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis tang strangulasi.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Banyak pasien hernia inguinal yang
memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi
dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal jarang
menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala memberat
dinyatakan aman.
Jika kita ingin berhasil dalam
menangani hernia, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah
penanganan semua factor resiko yang telah disebutkan diatas, dan kedua adalah
celah yang ada siperbaiki secara maksimal. Namun, walaupun telah dilakukan
operasi, hernia dapat timbul kembali (rekuren).
Hernia yang berulang dalam hitungan bulan atau tahun biasanya menandakan
perbaikan yang tidak sempurna, seperti kegagalan dalam menutup celah pada
dinding perut. Rekurensi dalam 2 tahun lebih biasanya terjadi akibat perlemahan
dinding perut kita sendiri. Sedangkan rekurensi berulang setelah perbaikan yang
benar dan dilakukan oleh dokter bedah berpengalaman biasanya terjadi akibat
kelainan pada pembentukan kolagen pada tubuh kita sendiri. Penatalaksanaan
pasien dengan hernia rekuren dilakukan dengan menggunakan prostetik material,
karena pada berbagai penelitian terbukti sukses mengurangi rekurensi,
mengurangi biaya operasi, mengurangi waktu perawatan dan memperbaiki kualitas
hidup pasien. Selain ini juga dapat mengurangi nyeri pasca operasi.
Operasi hernia dapat dilakukan secara
laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa penelitian dinyatakan metoe ini
memiliki hasil yang lebih baik daripada opersi anterior konvensional (terbuka).
Penelitian menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara laparoslopi lebih
nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah)
dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka
rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani
operasi anteriot konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang
sedikit lebih panjang, penggunaan anastesi umum dan baiya yang lebih mahal.
2.2
Konsep
Dasar Keperawatan / Kebidanan
2.2.1
Pengkajian
1)
Biodata
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 3 tahun
Diagnose : hernia
2)
Riwayat
Kesehatan
Riwayat
kesehatan keluarga : tidak ada
Riwayat
kesehatan saat ini : hernia
Kondisi
kesehatan saat ini : kurang
baik
2.2.2
Diagnosa
keperawatan / Kebidanan
Gejala yang dirasakan oleh penderita
adalah berupa keluhan benjolan di lipatan paha. Timbul bila berdiri, batuk,
bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan keluhan
nyeri itu akan hilang bila penderita berbaring. Awalnya terasa nyeri karena isi
hernia terjepit oleh cincin hernia. Penderita merasakan nyeri yang hebat.
2.2.3
Tujuan
atau Hasil yang Diharapkan
-
Rasa nyerinya hilang dapat diatasi
berkurang sampai hilang
-
Rasa tidak nyaman dapat berkurang
-
Kaji tigkat nyeri klien ; untuk
mengetahui tingkat nyeri dan tindakan apa saja yang akan dilakukan selanjutnya
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman : dengan
menciptakan lingkungan yang nyaman akan dapat mengurangi rasa nyeri klien.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
3.1
Pengkajian
Ruang :
kamar I
Nama :
Tn. D
Umur :
3 tahun
Alamat :
Jl. D. Sundoro
Dx :
Hernia
K/U :
Nyeri
Suku :
Jawa
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMU
Pekerjaan :
Wiraswasta
3.2
Diagnosa
Mengalamai Hernia
3.3. Intervensi
- Kaji tingkat
nyeri klien untuk mengetahui tingkat nyeri dan tindakan apa yang akan dilakukan
selanjutnya.
- Ciptakan
lingkungan yang nyaman dengan menciptakan lingkungan yang nyaman akan
mengurangi rasa nyeri pasien.
3.4 Implementasi
Bagian terpenting dari
pengobatan adalah :
1.
Mengkaji tingkat nyeri klien agar kita
mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2.
Melakukan kolaborasi dengan tim medis
akan membantu di dalam pengobatan.
3.
Mengkaji rasa ketidaknyamanan pasien
agar mengetahui apa penyebabnya.
3.5
Evaluasi
a.
Sudah dilakukan vital sign pada pasien.
b.
Sudah melakukan kolaborasi dengan tim
medis dan membentu di dalam pengobatan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebenarnya sudah
banyak masyarakat yang tahu tentang
gejala awal penyakit hernia, namun seringkali tidak menyadarinya. Pada
walnya, gejala yang dirasakan oleh penderita adalah berupa keluhan benjolan di
lipatan paha. Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan atau
mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan keluhan nyeri itu akan hilang bila
penderita berbaring.
Hernia dapat berbahaya bila sudah trjadi jepitan ini
hernia oleh cincin hernia. Pembuuh darah di daerah tersebut lama-kelamaan akan
mati dan akan terjadi penimbunan racun. Jika dibiarkan terus, maka racun
tersebut akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga dapat menyebabkan
terjadninya infeksi di dalam tubuh.
Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi. Bila
jaringan hernia masih dapat dimasukkan kembali, maka tindakannya adalah hanya
menggunakan penyangga atau korset untuk mempertahankan isi hernia yang telah
dioperasi. Pada anak-anak atau bayi, reposisi dapat terjadi karena cincin
hernia pada anak lebih elastic. Bila sudah tidak dapat dioperasi, maka
satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah melalui operasi.
Dari kasus yang ditemukan saat ini, penderita mengalami
hernia dan tidak perlu melakukan operasi. Cukup dengan diberi pengananan
seefisien dan seefektif mungkin agar hernia dapat segera diobati dan ditangani
seperti pasien menggunakan penyangga atau korset untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan viskus atau sebagian dari
viskus melalui celah yang abnormal pada selubunngnya.
-
Umumnya tidak menyebabkan nyeri.
-
Tidak nyaman
-
Terhambatnya aliran darah ke daerah yang
mengalami inkarserasi.
-
Jaringan penyangga usus melemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar