بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Teks Kursor

Jumat, 12 Juli 2013

Neonatus


NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA PENATALAKSANAANNYA

I. BISULAN

Defenisi
            Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukaan kulit disebut pustual. Kulit di atasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar.
Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan sembuh lebih cepat bila di buka, tetapi jika tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada gunanya. Jangan memijit bisul karena akan mempercepat penyeberan infeksi.

Gejala
            Gejala yang ditemui pada bayi dengan masalah bisul, yaitu:
Ø  Gatal
Ø  Nyeri
Ø  Berbentuk kerucut dan bermata
Ø  Berbentuk kubah
Ø  Demam

Penyebab
            Beberapa teori menyebutkan bahwa pencetus dari alergi dapat disebabkan oleh zat yang disebut alergen yang biasanya terdapat dalam makanan tertentu antara lain, telur, susu, udang, dan makanan lainnya. Untuk mengatasinya kejadian alergi dianjurkan pertama menghindari makanan yang dapat mengakibatkan alergi tersebut. Kedua, dapat juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tersebut dalam jumlah  sedikit demi sedikit, sehingga tubuh dapat menyesuaikan adaptasi terhadap makanan tersebut.

Pencegahan
Ø  Mandi secara teratur minimal 2x sehari
Ø  Ganti baju terutama pakaian dalam secara teratur
Ø  Jangan meremehkan keringat, segera lap keringat atau pakai kipas angin agar kulit tidk terlalu lembab
Ø  Saat selesai mandi, cuci muka atau cuci tangan, segera pakai lap atau handuk agar tubuh benar-benar kering
Ø  Bayi yang alergi telur atau protein tinggi, hindari makanan seperti itu

Penatalaksanaan
            Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna mengetahui apakah nanahnya dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat mempercepat keluar nanah celupkan sepotong kain ke dalam air panas lalu di letakkan di atas bisul. Jika sudah dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air panas, lakukan ini beberapa kali tetapi harus hati-hati, jangan terlalu panas agar kulit ank tidak sampai terbakar. Bisul tidak boleh dipijit, sebab hal itu dapat membantu menjalarnya kuman-kuman menembus jaringan disekitarnya. Jika di sekitarnya terdapat banya bisul, berilah anak pengobatan dengan penicillin. Berilah ibu lebih banyak bubuk kristal kalium permanganat untuk mencuci luka-luka anaknya. Tindakan ini dapat mencegah agar kuman-kuman tidak menjalar terus di kulitnya dan menyebab kan timbulnya bisul baru.

II. Milliariasis
Definisi
            Milliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet atau prickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat tersumbatnya pori kelenjar keringat.

Etiologi
            Penyebab terjadinya milliariasis ini adlah udara yang panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri.

Patofisiologi
            Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan odema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. Milliariasis sering terjadi pada bayi premature karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.

Tanda dan gejala
Ada 2 tipe milliariasis, yaitu milliaria kristalina dan milliaria rubra.
1.      Milliaria kristalina.
Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti pasien demam yang terbaring di tempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superficial, bentuknya kecil dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. umumnya, lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2.      Milliaria rubra
Milliaria rubra memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya. Keringat menembus ke dalam epidermis. Biasanya, disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.

Penatalaksanaan
            Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami.  Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
1.      Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang
         sudah timbul.
2.      Jaga kebersihan tubuh bayi.
3.      Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang
         sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal di ruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
4.      Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
5.      Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
6.      Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2%
         yang bersifat mendinginkan ruam.


III. Diare

Definisi Diare
            Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair.  Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.  Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.

Jenis diare
  • Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
  • Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
  • Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologi.
1. Infeksi
a. Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab
    utama terjadinya diare
b. Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media
    akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Malabsorbsi
            Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
3.Makanan, misalnya makanan basi, beracun dan alergi.
4.Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.

Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1.      Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.

2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.  Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.

Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare:
1.      Cengeng, rewel
2.      Gelisah
3.      Suhu meningkat
4.      Nafsu makan menurun
5.      Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.  Kelamaan, feses ini akan
         berwarna hijau dan asam
6.      Anus lecet
7.      Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi
          cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan akhirnya syok
8.      Berat badan menurun
9.      Turgor kulit menurun
10.    Mata dan ubun- ubun cekung
11.    Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering

Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1.      Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:
            a.       Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
            b.      Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
            c.       Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.      Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah
mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah
3.      Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan,
bradikardi dan perubahan pada pemeriksaan EKG
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili
mukosa usus halus
6.      Kejang
7.      Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami
Kelaparan

Pencegahan
            Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya balita.

Tindakan pencegahan diare
Banyak kasus diare tersebar dari orang-ke-orang. Tindakan pencegahan diare berikut dapat membantu seorang individu menghindari diare dan infeksi virus atau bakteri lainnya:
  1. merawat anak yang sakit atau orang dewasa dengan hati-hati, mencuci tangan setelah mengganti popok bayi, membantu penggunaan individu kamar mandi, atau membantu individu di sekitar rumah.
  2. Anak-anak harus diinstruksikan untuk mencuci tangan mereka, terutama setelah menggunakan kamar mandi dan ketika ingin makan.
  1. Gunakan perawatan ketika mempersiapkan unggas mentah atau daging. Makanan harus dimasak sampai suhu yang direkomendasikan.
  2. Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi mentah harus dibilas dengan air bersih.
  3. Pasteurisasi (mentah) susu yang dapat terkontaminasi dengan bakteri dan selalu harus dihindari. Jus atau sari buah yang tidak di pasteurisasi harus dihindari bahkan jika sumber tersebut tidak diketahui karena buah mungkin telah datang dalam kontak dengan kotoran hewan yang terkontaminasi di kebun.
  4. Hati-hati saat bepergian, terutama ke luar negeri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selektiflah memilih makanan dan minuman guna pencegahan diare.

Penatalaksanaan
            Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1.      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2.      Diatetik (pemberian makanan)
3.      Obat-obatan
4.      Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
            a.       Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika
                         diare tanpa dehidrasi.  Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan
                         sisanya adlibitium
            b.      Sesuaikan dengan umur anak:
                        ~      <2 tahun diberikan ½ gelas
                        ~      2-6 tahun diberikan 1 gelas
                        ~      >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
            c.       Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan
                        25-100ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
            d.      Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
                        dehidrasi ringan sampai berat


IV.Obstipasi / Konstipasi
Defenisi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip, terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.

Etiologi
            Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1.      Kebiasaan makan
a.       Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untuk buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, dan mengonsumsi makanan yang kurang selulosa.



2.      Hipotiroidisme
a.       Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya eksresi hormon tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang.
3.      Keadaan-keadaan mental
a.       Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar.  Biasanya terjadi pada anak usia 1-2 tahun.  Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudahnya karena takut kembali mengalami nyeri.  Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/ minggu/ bulan, maka akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar.  Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya obstipasi karena anak sulit dilatih untuk buang air besar. 
4.      Penyakit organik
a.       Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan divertikulus.  Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.
5.      Kelainan congenital
a.       Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon aganglionik kongenital (penyakit hirschsprung), obtruksi bolus usus ileus mekonium, atau sumbatan mekonium.  Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.
6.      Penyebab lain
Penyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik, atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit, ketika anak masih kekurangan cairan.

Tanda dan Gejala
1.      Sakit perut, BAB mu7ngkin disertai rasa sakit
2.      Turun atau hilangnya nafsu makan
3.      Rewel
4.      Mual atau muntah
5.      Turunnya berat badan
6.      Noda feses dicelana dalam anak
7.      Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan kecil pada lapisan mukosa anus dan perdarahan
8.      Konstipasi menungkatkan risiko infeksi saluran kemih
 
Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip, terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan bahasanya. Konstipasi berasal dari bahasa inggris = constipation.

Patofisiologi
            Pada keadaan normal, sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari.  Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi.  Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
            Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan.  Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk.  Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang untuk defekasi.  Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit.  Rasa sakit ini dapat menyebabkan kemungkina berkembangnya luka.  Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus, dan lain-lain.  Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.

Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
2. Ulserasi
3. Obstruksi
4. Diare intermitten
5. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses
    defekasi

Pencegahan
Ø  Jangan Menahan buang air besar
Ø  Hindari mengejan terlalu kuat saat BAB.
Ø  Banyak mengonsumsi makanan kaya serat (sayur dan buah serta kacang-kacangan) serta banyak minum air putih minimal delapan gelas sehari untuk melancarkan BAB.
Ø  Segera ke belakang jika niat BAB muncul, jangan menunda-nunda sebelum feses menjadi keras.
Ø  Makan sayur dan buah yang cukup banyak.
Ø  Kurangi konsumsi cabe dan makanan pedas.
Ø  Tidur cukup.

Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab obstipasi
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi, tambahan
    cairan, dan kondisi psikis
3. Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
    kembali kebiasaan defekasi.  Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital,
    enema minyak zaitun, dan laksatif.

V. INFEKSI
Definisi
            Infeksi pada bayi baru lahir ada yang khusus dan ada yang umum. Misalnya Candidiasis (moniliasis).
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum.
Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau alat kelamin. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan. Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada alat kelamin berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah, persalinan lama, operasi caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya perdarahan hebat setelah persalinan.
Gejalanya antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa nyeri jika bagian perut ditekan, dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.

Epidemiologi
            Candida merupakan jenis jamur menyerupai ragi yang umumnya merupakan bagian dari flora normal mulut, kulit, saluran pencernaan dan vagina, namun dapat menyebabkan berbagai infeksi. Candida dapat hidup sebagai saprofit. Beberapa faktor seperti prematuritas, pemakaian antibiotika, dan atau kortikosteroid dalam jangka waktu yang lam atau dosis tinggi, gangguan gizi dan diabetes mellitus dapat menjadi sebab perubahan hidup candida dari saprofit menjadi parasit. Infeksi jamur ini dapat mengenai semua golongan umur, tetapi mungkin lebih sering terjadi pada masa neonatus dan early infancy.

Gejala Klinis
            Pada bayi yang mengalami moniliasis, dapat terjadi bronchitis, infeksi kulit dan sistematis. Gejala tersering ialah diare, oral trush, onikia, paronikia, dermatitis terutama di daerah aksila, dan di bawah payudara dan pada lipatan intergluteal. Gejala infeksi sistemis jarang, tetapi bila terjadi dapat fatal.

Penyebab
Ø  Genetik hipersensif saluran cerna biasa terjadi karena secara genetik atau bakat alamiah
Ø  Gangguan fungsional
Gangguan fungsi saluran cerna ini biasanya hanyalah gangguan fungsional bukan
gangguan organik atau organ saluran cernanya normal dan baik-baik saja
Ø  Gangguan organik
Merupakan sumbatan usus, infeksi saluran atau gangguan organik, biasanya terjadi lebih berat seperti berak darah berlebihan 1-3 hari semakin sering.

Pengobatan
            Pada seorang bayi yang mengalami candidiasis, boleh di berikan Gentian Violet, Nistatin, Fatty acid-Resin complex, di kemukakan oleh Neuhauser (1954) dengan hasil memuaskan, Amfoterisin B, Larutan gentian violet ( biasanya untuk pengobatan lokal ).


VI. Bayi Meninggal Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome Sids)

Definisi
            Sindrom kematian mati mendadak (sudden infant death syndrome-SIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.  SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

Etiologi
            Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahlu telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab SIDS yaitu sebagai berikut:
1.     Ibu yang masih remaja
2.     Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3.     Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4.     Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5.     Bayi premature
6.     Gemelli (bayi kembar)
7.     Bayi dengan sibling
8.     Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
9.     Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup
10.  Bayi dengan virus pernapasan
11.  Bayi dengan infeksi botulinum
12.  Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
13.  Bayi dengan gangguan pola napas herediter
14.  Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli

Penatalaksanaan
1.      Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
2.      Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa
         dukanya
3.      Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan
         pertanyaan
4.      Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar
5.      Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi
         tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut
6.      Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
         bulan pertama, paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.  


ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN

A. Caput Suksedaneum
Pengertian
            Caput suksedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono, 2006). Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan.

Gejala
            Caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari.

Patofisiologis
            Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.

Faktor Predisposisi
            1. Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan
            2. Sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina

Penanganan dan Pencegahan
a) Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal
b) Observasi keadaan umum bayi
c) Pemberian ASI adekuat
d) Cegah terjadinya infeksi
e) Untuk penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat menghilang dengan sendirinya ( www.anakku.net )
f) Dengan menggendong bayi secara terus menerus agar kelainan pada bayi dapat disembuhkan

Komplikasi
a) Kaput hemorargik
b) Infeksi
c) Ikhterus
d) Anemia


B. Cephalhematoma
a. Pengertian
            Cephalhematoma adalah subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephalhematoma). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. (Sarwono Prawirohardjo,2007).
            Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang tengkorak yang sering terkena ialah tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2% dari kelahiran hidup. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstra cunam atau ekstraktor vakum.

Gejala
            Gejala lanjut yang mungkin terjadi ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan intracranial. (Sarwono, 2006)
Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. 

Patofisiologi
Adapun pathophysiologi cephalhematoma yaitu:
1) Rupture pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum
2) Didalam subperiosteal mengandung banyak darah

Faktor Predisposisi
            Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan. Moulage terlalu keras. Partus dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi

Komplikasi
            1. Ikterus
            2. Anemia
            3. Infeksi        
            4. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun

            Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi.
            Cefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum.Cefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
            Pengertian istilah cephalhematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering paada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.

C. Trauma pada Flexus Brachialis
a) Pengertian
            Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usahan melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi-kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan.

a) Patofisiologis
            Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.

b) Penanganan dan Pencegahan
            Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.
Penanggulangan dengan jalan meletakan lengan atas dengan posisi abduksi 90º dan putaran keluar. Siku berada dalam pleksi 90º disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Posisi ini dipertahankan beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari, kadang-kadang sampai 3-6 bulan.

D. Fraktur klavikula

a) Pengertian fraktur klavikula
            Fraktur ini mungkin terjadi apbila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Klavikula adalah daerah tulang tersering yang mengalami fraktur. Letak tersering adalah di antara 1/3 tengah dan lateral. Fraktur klavikula dapat sebagai akibat dari cidera lahir pada neonatus.

b) Gejala
            Hal ini dapat timbul pada persalinan presentasi kepala dengan anak besar atau kelahiran sungsang dengan membumbung keatas. Gejala yang tampak pada keadaan ini ialah kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks moro pada sisi tersebut. Diagnosis pasti di buat dengan palpasi dan jika perlu, dengan foto rontgen.
            Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang pada sisi tersebut. Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir, yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan.
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.

c) Penanganan dan Pencegahan
Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi abduksi 60º dan fleksi 90º dari siku yang terkena (Sarwono, 2006)
Diagnosis dengan mudah dibuat dengan evaluasi fisik dan radiologis. Pasien akan menderita nyeri pada pergerakan bahu dan leher. Pembengkakan local dan krepitus dapat tampak.Cidera neurovaskuler jarang terjadi. Radiografi klavikula AP biasanya cukup untuk diagnosis. Fraktur klavikula pada neonatus biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut. Kalus yang teraba dapat dideteksi beberapa minggu kemudian.
Pada anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain gendongan atau yang mampu menyandang/memfiksasi bagian lengan bawah dalam posisi horizontal melawan batang tubuh) sebaiknya digunakan untuk mengangkat ekstremitas atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada klavikula distal. Kalus yang dapat dipalpasi dapat dideteksi beberapa minggu yang kemudian akan remodel dalam 6-12 bulan. Fraktur klavikula biasanya sembuh dengan cepat dalam 3-6 minggu.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
Cukup sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma pada sendi bahu). Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah).Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto Rontgen tampak fraktur klavikula. Terapi : Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika. Operativ : internal fiksasi.


E. Fraktur Humerus

a) Pengertian fraktur humerus
            Fraktur humerus adalah Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan membaik dalam waktu 2-4 minggu.

b) Gejala
Fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.

c) Penanganan dan Pencegahan
Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.

d) Prevalensi
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

F. Jenis fraktur
  1.      Complete fraktur ( fraktur komplet ), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
  2.      Closed frakture ( simple fracture ), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
  3.      Open fracture ( compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
  4.      Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
  5.      Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang
  6.      Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang
  7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang
  8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
99. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah )
  10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang )
111.  Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit ( kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor )
112.  Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
  13. Epifisial, fraktur melalui epifisis
114. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar