NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA PENATALAKSANAANNYA
I. BISULAN
Defenisi
Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukaan kulit disebut pustual. Kulit di atasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan sembuh lebih cepat bila di buka, tetapi jika tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada gunanya. Jangan memijit bisul karena akan mempercepat penyeberan infeksi.
Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukaan kulit disebut pustual. Kulit di atasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan sembuh lebih cepat bila di buka, tetapi jika tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada gunanya. Jangan memijit bisul karena akan mempercepat penyeberan infeksi.
Gejala
Gejala yang ditemui pada
bayi dengan masalah bisul, yaitu:
Ø Gatal
Ø Nyeri
Ø Berbentuk
kerucut dan bermata
Ø Berbentuk
kubah
Ø Demam
Penyebab
Beberapa teori menyebutkan bahwa pencetus dari alergi dapat disebabkan oleh zat yang disebut alergen yang biasanya terdapat dalam makanan tertentu antara lain, telur, susu, udang, dan makanan lainnya. Untuk mengatasinya kejadian alergi dianjurkan pertama menghindari makanan yang dapat mengakibatkan alergi tersebut. Kedua, dapat juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tersebut dalam jumlah sedikit demi sedikit, sehingga tubuh dapat menyesuaikan adaptasi terhadap makanan tersebut.
Beberapa teori menyebutkan bahwa pencetus dari alergi dapat disebabkan oleh zat yang disebut alergen yang biasanya terdapat dalam makanan tertentu antara lain, telur, susu, udang, dan makanan lainnya. Untuk mengatasinya kejadian alergi dianjurkan pertama menghindari makanan yang dapat mengakibatkan alergi tersebut. Kedua, dapat juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tersebut dalam jumlah sedikit demi sedikit, sehingga tubuh dapat menyesuaikan adaptasi terhadap makanan tersebut.
Pencegahan
Ø Mandi
secara teratur minimal 2x sehari
Ø
Ganti baju terutama pakaian dalam secara teratur
Ø
Jangan meremehkan keringat, segera lap keringat atau
pakai kipas angin agar kulit tidk terlalu lembab
Ø
Saat selesai mandi, cuci muka atau cuci tangan, segera
pakai lap atau handuk agar tubuh benar-benar kering
Ø Bayi
yang alergi telur atau protein tinggi, hindari makanan seperti itu
Penatalaksanaan
Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna mengetahui apakah nanahnya dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat mempercepat keluar nanah celupkan sepotong kain ke dalam air panas lalu di letakkan di atas bisul. Jika sudah dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air panas, lakukan ini beberapa kali tetapi harus hati-hati, jangan terlalu panas agar kulit ank tidak sampai terbakar. Bisul tidak boleh dipijit, sebab hal itu dapat membantu menjalarnya kuman-kuman menembus jaringan disekitarnya. Jika di sekitarnya terdapat banya bisul, berilah anak pengobatan dengan penicillin. Berilah ibu lebih banyak bubuk kristal kalium permanganat untuk mencuci luka-luka anaknya. Tindakan ini dapat mencegah agar kuman-kuman tidak menjalar terus di kulitnya dan menyebab kan timbulnya bisul baru.
Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna mengetahui apakah nanahnya dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat mempercepat keluar nanah celupkan sepotong kain ke dalam air panas lalu di letakkan di atas bisul. Jika sudah dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air panas, lakukan ini beberapa kali tetapi harus hati-hati, jangan terlalu panas agar kulit ank tidak sampai terbakar. Bisul tidak boleh dipijit, sebab hal itu dapat membantu menjalarnya kuman-kuman menembus jaringan disekitarnya. Jika di sekitarnya terdapat banya bisul, berilah anak pengobatan dengan penicillin. Berilah ibu lebih banyak bubuk kristal kalium permanganat untuk mencuci luka-luka anaknya. Tindakan ini dapat mencegah agar kuman-kuman tidak menjalar terus di kulitnya dan menyebab kan timbulnya bisul baru.
II. Milliariasis
Definisi
Milliariasis disebut juga
sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet atau prickle heat.
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat
tersumbatnya pori kelenjar keringat.
Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini
adlah udara yang panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri.
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya
milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai
dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan
timbulnya radang dan odema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang
kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. Milliariasis sering terjadi pada bayi
premature karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum
sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada
usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke
daerah sekitarnya.
Tanda dan gejala
Ada
2 tipe milliariasis, yaitu milliaria kristalina dan milliaria rubra.
1.
Milliaria
kristalina.
Milliaria kristalina ini
timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti pasien
demam yang terbaring di tempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat
superficial, bentuknya kecil dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm.
umumnya, lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma
yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah
berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik dan berlangsung
singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2.
Milliaria
rubra
Milliaria rubra memiliki
gambaran berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya. Keringat menembus ke
dalam epidermis. Biasanya, disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan
daerah di sekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan
dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus,
bayi dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan
yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip
asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang
sudah timbul.
2. Jaga
kebersihan tubuh bayi.
3. Upayakan
untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang
sejuk dan kering,
misalnya pasien tinggal di ruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
4. Gunakan
pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
5. Segera
ganti pakaian yang basah dan kotor.
6. Pada
milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol
0,5-2%
yang bersifat
mendinginkan ruam.
III. Diare
Definisi Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang
tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar
yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air
besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang
air besar.
Jenis
diare
- Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
- Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
- Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
Etiologi
Diare
dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan
dan psikologi.
1. Infeksi
a. Enteral, yaitu infeksi
yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab
utama terjadinya diare
b. Parenteral, yaitu infeksi
di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Malabsorbsi
Karbohidrat : disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
3.Makanan, misalnya
makanan basi, beracun dan alergi.
4.Psikologis,
misalnya rasa takut atau cemas.
Patogenesis
Mekanisme
dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1.
Gangguan
osmotik
Akibat adanya makanan
atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2.
Gangguan
sekresi
Akibat rangsangan
tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan
terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi
dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3.
Gangguan
motilitas usus
Hiperperistaltik akan
menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang
masuk, sehingga akan timbul diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan
yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat
menyebabkan diare juga.
Tanda dan Gejala
Berikut
ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare:
1. Cengeng,
rewel
2. Gelisah
3. Suhu
meningkat
4. Nafsu
makan menurun
5. Feses
cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah. Kelamaan,
feses ini akan
berwarna hijau dan asam
6. Anus
lecet
7. Dehidrasi,
bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah,
nadi
cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan akhirnya syok
8. Berat
badan menurun
9. Turgor
kulit menurun
10. Mata dan ubun- ubun cekung
11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi
kering
Komplikasi
Komplikasi
yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1.
Dehidrasi
akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:
a. Dehidrasi
ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi
sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c. Dehidrasi
berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.
Renjatan
hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah
mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah
3. Hipokalemia dengan gejala
yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan,
bradikardi dan perubahan pada
pemeriksaan EKG
4.
Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa
sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili
mukosa usus halus
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein
karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami
Kelaparan
Pencegahan
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu
mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun,
jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di
seluruh dunia, khususnya balita.
Tindakan
pencegahan diare
Banyak
kasus diare tersebar dari orang-ke-orang. Tindakan pencegahan diare berikut
dapat membantu seorang individu menghindari diare dan infeksi virus atau
bakteri lainnya:
- merawat anak yang sakit atau orang dewasa dengan hati-hati, mencuci tangan setelah mengganti popok bayi, membantu penggunaan individu kamar mandi, atau membantu individu di sekitar rumah.
- Anak-anak harus diinstruksikan untuk mencuci tangan mereka, terutama setelah menggunakan kamar mandi dan ketika ingin makan.
- Gunakan perawatan ketika mempersiapkan unggas mentah atau daging. Makanan harus dimasak sampai suhu yang direkomendasikan.
- Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi mentah harus dibilas dengan air bersih.
- Pasteurisasi (mentah) susu yang dapat terkontaminasi dengan bakteri dan selalu harus dihindari. Jus atau sari buah yang tidak di pasteurisasi harus dihindari bahkan jika sumber tersebut tidak diketahui karena buah mungkin telah datang dalam kontak dengan kotoran hewan yang terkontaminasi di kebun.
- Hati-hati saat bepergian, terutama ke luar negeri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selektiflah memilih makanan dan minuman guna pencegahan diare.
Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian
cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2. Diatetik
(pemberian makanan)
3. Obat-obatan
4. Teruskan
pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
a. Jumlah
cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika
diare tanpa dehidrasi.
Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan
sisanya
adlibitium
b. Sesuaikan
dengan umur anak:
~ <2
tahun diberikan ½ gelas
~ 2-6
tahun diberikan 1 gelas
~ >6
tahun diberikan 400cc (2 gelas).
c. Apabila
dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan
25-100ml/kgBB
dalam sehari atau setiap 2 jam
d. Oralit
diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi
ringan sampai berat
IV.Obstipasi /
Konstipasi
Defenisi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob
berarti in the way = perjalanan dan Stipare yang
berarti to compress = menekan Secara istilah obstipasi
adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan
feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan
konstipasi sangat mirip, terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi).
Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah
konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena
adanya obstruksi intestinal.
Konstipasi atau sering disebut sembelit
adalah kelainan pada sistem
pencernaan
di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga
sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat
pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi.
Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal
bagi penderitanya.
Etiologi
Obstipasi pada anak dapat disebabkan
oleh hal-hal berikut:
1. Kebiasaan makan
a. Obstipasi dapat timbul
bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untuk buang air
besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, dan
mengonsumsi makanan yang kurang selulosa.
2. Hipotiroidisme
a. Obstipasi merupakan
gejala dari dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak
cukupnya eksresi hormon tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang.
3. Keadaan-keadaan mental
a. Faktor kejiwaan memegang
peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat yang
tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi
pada anak usia 1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami
buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau
buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa
bulan sesudahnya karena takut kembali mengalami nyeri. Dengan tertahannya
feses dalam beberapa hari/ minggu/ bulan, maka akan mengakibatkan kotoran
menjadi keras dan lebih terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang
air besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan
penyebab terjadinya obstipasi karena anak sulit dilatih untuk buang air
besar.
4. Penyakit organik
a. Obstipasi bisa terjadi
berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan divertikulus.
Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja
dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.
5. Kelainan congenital
a. Adanya penyakit seperti
atresia, stenosis, megakolon aganglionik kongenital
(penyakit hirschsprung), obtruksi bolus usus ileus mekonium, atau sumbatan
mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama.
6. Penyebab lain
Penyebab lainnya adalah
diet yang salah, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa sehingga
bisa mendorong terjadinya peristaltik, atau pada anak setelah sakit atau sedang
sakit, ketika anak masih kekurangan cairan.
Tanda dan Gejala
1. Sakit
perut, BAB mu7ngkin disertai rasa sakit
2.
Turun atau hilangnya nafsu makan
3.
Rewel
4.
Mual atau muntah
5.
Turunnya berat badan
6.
Noda feses dicelana dalam anak
7.
Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat
menyebabkan robekan kecil pada lapisan mukosa anus dan perdarahan
8.
Konstipasi menungkatkan risiko infeksi saluran kemih
Gejala
obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari,
kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam
perut.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang
normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari
tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila
buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
Gejala
antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip, terdapat kesukaran mengeluarkan
feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan
bahasanya. Konstipasi berasal dari bahasa inggris = constipation.
Patofisiologi
Pada keadaan normal, sebagian
besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon
yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali
sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks
defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan
menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Dalam keadaan normal, ketika
bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorbsi
melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan
bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk.
Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk
dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera
digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi
terus-menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan,
serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan kemungkina
berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas,
menurunnya peristaltik usus, dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa
metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang
berlebihan.
Komplikasi
Komplikasi
yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
2. Ulserasi
3. Obstruksi
4. Diare
intermitten
5. Distensi
kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses
defekasi
Pencegahan
Ø Jangan Menahan
buang air besar
Ø Hindari mengejan terlalu kuat saat
BAB.
Ø Banyak mengonsumsi makanan kaya
serat (sayur dan buah serta kacang-kacangan) serta banyak minum air putih
minimal delapan gelas sehari untuk melancarkan BAB.”
Ø Segera ke belakang jika niat BAB
muncul, jangan menunda-nunda sebelum feses menjadi keras.
Ø Makan sayur dan buah yang cukup
banyak.
Ø Kurangi konsumsi cabe dan makanan
pedas.
Ø Tidur cukup.
Penatalaksanaan
1. Mencari
penyebab obstipasi
2. Menegakkan
kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi, tambahan
cairan, dan kondisi psikis
3. Pengosongan
rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi.
Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, dan laksatif.
V. INFEKSI
Definisi
Infeksi pada bayi baru lahir ada yang khusus dan ada yang umum. Misalnya Candidiasis (moniliasis). Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum.
Definisi
Infeksi pada bayi baru lahir ada yang khusus dan ada yang umum. Misalnya Candidiasis (moniliasis). Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum.
Infeksi
yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada
rahim, daerah sekitar rahim, atau alat kelamin. Infeksi ginjal juga terjadi
segera setelah persalinan. Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi post partum, antara lain anemia,
hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada alat kelamin berulang-ulang,
penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah,
persalinan lama, operasi caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim,
dan terjadinya perdarahan hebat setelah persalinan.
Gejalanya
antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat,
denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa nyeri jika bagian perut
ditekan, dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.
Oral Thrush
adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan
kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan
plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya
menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk,
pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah
menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut)
disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari
adanya gangguan sistem kekebalan.
Epidemiologi
Candida merupakan jenis jamur menyerupai ragi yang umumnya merupakan bagian dari flora normal mulut, kulit, saluran pencernaan dan vagina, namun dapat menyebabkan berbagai infeksi. Candida dapat hidup sebagai saprofit. Beberapa faktor seperti prematuritas, pemakaian antibiotika, dan atau kortikosteroid dalam jangka waktu yang lam atau dosis tinggi, gangguan gizi dan diabetes mellitus dapat menjadi sebab perubahan hidup candida dari saprofit menjadi parasit. Infeksi jamur ini dapat mengenai semua golongan umur, tetapi mungkin lebih sering terjadi pada masa neonatus dan early infancy.
Candida merupakan jenis jamur menyerupai ragi yang umumnya merupakan bagian dari flora normal mulut, kulit, saluran pencernaan dan vagina, namun dapat menyebabkan berbagai infeksi. Candida dapat hidup sebagai saprofit. Beberapa faktor seperti prematuritas, pemakaian antibiotika, dan atau kortikosteroid dalam jangka waktu yang lam atau dosis tinggi, gangguan gizi dan diabetes mellitus dapat menjadi sebab perubahan hidup candida dari saprofit menjadi parasit. Infeksi jamur ini dapat mengenai semua golongan umur, tetapi mungkin lebih sering terjadi pada masa neonatus dan early infancy.
Gejala Klinis
Pada bayi yang mengalami moniliasis, dapat terjadi bronchitis, infeksi kulit dan sistematis. Gejala tersering ialah diare, oral trush, onikia, paronikia, dermatitis terutama di daerah aksila, dan di bawah payudara dan pada lipatan intergluteal. Gejala infeksi sistemis jarang, tetapi bila terjadi dapat fatal.
Pada bayi yang mengalami moniliasis, dapat terjadi bronchitis, infeksi kulit dan sistematis. Gejala tersering ialah diare, oral trush, onikia, paronikia, dermatitis terutama di daerah aksila, dan di bawah payudara dan pada lipatan intergluteal. Gejala infeksi sistemis jarang, tetapi bila terjadi dapat fatal.
Penyebab
Ø
Genetik hipersensif saluran cerna biasa terjadi karena
secara genetik atau bakat alamiah
Ø
Gangguan fungsional
Gangguan fungsi saluran cerna ini biasanya hanyalah
gangguan fungsional bukan
gangguan organik atau organ
saluran cernanya normal dan baik-baik saja
Ø
Gangguan organik
Merupakan
sumbatan usus, infeksi saluran atau gangguan organik, biasanya terjadi lebih
berat seperti berak darah berlebihan 1-3 hari semakin sering.
Pengobatan
Pada seorang bayi yang mengalami candidiasis, boleh di berikan Gentian Violet, Nistatin, Fatty acid-Resin complex, di kemukakan oleh Neuhauser (1954) dengan hasil memuaskan, Amfoterisin B, Larutan gentian violet ( biasanya untuk pengobatan lokal ).
Pada seorang bayi yang mengalami candidiasis, boleh di berikan Gentian Violet, Nistatin, Fatty acid-Resin complex, di kemukakan oleh Neuhauser (1954) dengan hasil memuaskan, Amfoterisin B, Larutan gentian violet ( biasanya untuk pengobatan lokal ).
VI. Bayi Meninggal Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome Sids)
Definisi
Sindrom kematian mati mendadak
(sudden infant death syndrome-SIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat
ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS
terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada
bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.
Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum
diketahui, namun beberapa ahlu telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada
beberapa penyebab SIDS yaitu sebagai berikut:
1. Ibu
yang masih remaja
2. Bayi
dengan jarak kehamilan yang dekat
3. Bayi
laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4. Bayi
yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5. Bayi
premature
6. Gemelli
(bayi kembar)
7. Bayi
dengan sibling
8. Bayi
dari ibu dengan ketergantungan narkotika
9. Prevalensi
pada bayi dengan posisi tidur telungkup
10. Bayi
dengan virus pernapasan
11. Bayi
dengan infeksi botulinum
12. Bayi
dengan apnea yang berkepanjangan
13. Bayi
dengan gangguan pola napas herediter
14. Bayi
dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
Penatalaksanaan
1. Bantu
orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
2. Berikan
dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa
dukanya
3. Berikan
penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan
pertanyaan
4. Beri
pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang
wajar
5. Beri
keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian
bayi
tersebut, bahkan jika mereka
sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut
6. Jika
kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan pada orang tua selama
beberapa
bulan pertama, paling
tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.
ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN
A. Caput Suksedaneum
Pengertian
Caput suksedaneum ini ditemukan
biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang
bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono, 2006). Kejadian caput
succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan
uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum
ekstraksi.
Caput
suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau
dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi
pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah
lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang
dilaporkan.
Gejala
Caput succedaneum muncul sebagai
pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah dan atas garis jahitan
dan berhubungan dengan kepala pencetakan.Caput Succedaneum adalah benjolan yang
membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka
penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari.
Patofisiologis
Kelainan ini timbul karena tekanan
yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan
sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan
sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya
tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan
lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera
setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature
dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
Faktor Predisposisi
1. Persalinan dengan partus
lama, partus dengan tindakan
2. Sekunder dari tekanan
uterus atau dinding vagina
Penanganan dan Pencegahan
a) Bayi
dirawat seperti pada perawatan bayi normal
b) Observasi
keadaan umum bayi
c) Pemberian
ASI adekuat
d) Cegah
terjadinya infeksi
e) Untuk
penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat
menghilang dengan sendirinya ( www.anakku.net )
f) Dengan
menggendong bayi secara terus menerus agar kelainan pada bayi dapat disembuhkan
Komplikasi
a) Kaput
hemorargik
b) Infeksi
c) Ikhterus
d) Anemia
B. Cephalhematoma
a. Pengertian
Cephalhematoma adalah subperiosteal
akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir,
dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray
tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari
seluruh cephalhematoma). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3
bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan
hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan
bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di
lakukan. (Sarwono Prawirohardjo,2007).
Kelainan ini disebabkan oleh
perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang tengkorak
yang sering terkena ialah tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2%
dari kelahiran hidup. Kelainan dapat terjadi pada persalinan
biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang
diakhiri dengan alat, seperti ekstra cunam atau ekstraktor vakum.
Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi
ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang cephalematoma
disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan
intracranial. (Sarwono, 2006)
Bila tidak
ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada
kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
Patofisiologi
Adapun
pathophysiologi cephalhematoma yaitu:
1) Rupture
pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum
2) Didalam
subperiosteal mengandung banyak darah
Faktor Predisposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu
lama pada kepala saat persalinan. Moulage terlalu keras. Partus
dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi
Komplikasi
1. Ikterus
2. Anemia
3. Infeksi
4. Kalasifikasi mungkin
bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi
yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur
tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial. Bila tidak
ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan
khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12
minggu. Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai
kalsifikasi.
Cefalhematoma merupakan perdarahan
subperiosteum.Cefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya
edema dan eritema pada kulit kepala. Cefalhematoma dapat sembuh dalam
waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada
neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu
dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi
dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko
infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur tengkorak,
koagulopati dan perdarahan intrakranial.
Pengertian istilah
cephalhematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang
disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada
tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa,
tetapi lebih sering paada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan
alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.
C. Trauma pada Flexus
Brachialis
a) Pengertian
Kelainan-kelainan ini timbul akibat
tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi
kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak
sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usahan melahirkan kepala
bayi. Pada persalinan presentasi-kepala, kelainan dapat terjadi pada janin
dengan bahu lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala agak
kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan.
a) Patofisiologis
Jejas pada pleksus brakialis dapat
menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau
tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh
lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan
pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu
pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala
pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
Trauma
pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis
Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami
trauma.
b) Penanganan
dan Pencegahan
Pengobatan pada trauma pleksus
brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan posisi secara tepat
untuk mencegah perkembangan kontraktur.
Penanggulangan
dengan jalan meletakan lengan atas dengan posisi abduksi 90º dan putaran
keluar. Siku berada dalam pleksi 90º disertai supinasi lengan bawah dengan
ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Posisi ini
dipertahankan beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa
hari, kadang-kadang sampai 3-6 bulan.
D. Fraktur klavikula
a) Pengertian
fraktur klavikula
Fraktur ini mungkin terjadi apbila
terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Klavikula adalah
daerah tulang tersering yang mengalami fraktur. Letak tersering adalah di
antara 1/3 tengah dan lateral. Fraktur klavikula dapat sebagai akibat dari
cidera lahir pada neonatus.
b) Gejala
Hal ini dapat timbul pada persalinan
presentasi kepala dengan anak besar atau kelahiran sungsang dengan membumbung
keatas. Gejala yang tampak pada keadaan ini ialah kelemahan lengan pada
sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks moro pada sisi tersebut. Diagnosis pasti
di buat dengan palpasi dan jika perlu, dengan foto rontgen.
Gejala yang tampak pada keadaan ini
adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan
tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang
terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro hal ini dapat timbul pada
kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada
kelahiran sungsang pada sisi tersebut. Fraktur ini merupakan jenis yang
tersering pada bayi baru lahir, yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan
mengeluarkan bahu pada persalinan.
Tanda
dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain :
bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna
pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya
spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi
supraklavikular pada daerah fraktur.
c) Penanganan
dan Pencegahan
Penyembuhan
sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi abduksi 60º
dan fleksi 90º dari siku yang terkena (Sarwono, 2006)
Diagnosis
dengan mudah dibuat dengan evaluasi fisik dan radiologis. Pasien akan
menderita nyeri pada pergerakan bahu dan leher. Pembengkakan local dan krepitus
dapat tampak.Cidera neurovaskuler jarang terjadi. Radiografi klavikula AP
biasanya cukup untuk diagnosis. Fraktur klavikula pada neonatus biasanya
tidak memerlukan terapi lebih lanjut. Kalus yang teraba dapat dideteksi
beberapa minggu kemudian.
Pada
anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain
gendongan atau yang mampu menyandang/memfiksasi bagian lengan bawah dalam
posisi horizontal melawan batang tubuh) sebaiknya digunakan untuk mengangkat
ekstremitas atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada klavikula
distal. Kalus yang dapat dipalpasi dapat dideteksi beberapa minggu yang
kemudian akan remodel dalam 6-12 bulan. Fraktur klavikula biasanya sembuh
dengan cepat dalam 3-6 minggu.
Diagnosis
dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi
setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan
fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
Cukup
sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma
pada sendi bahu). Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3
tengah).Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto Rontgen tampak fraktur
klavikula. Terapi : Konservatif : "Verband figure of eight"
sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika. Operativ : internal fiksasi.
E. Fraktur Humerus
a) Pengertian
fraktur humerus
Fraktur humerus adalah Kelainan ini
terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak
kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan
ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada
sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya
imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai
berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan
membaik dalam waktu 2-4 minggu.
b) Gejala
Fraktur
humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya
reflek moro.
c) Penanganan
dan Pencegahan
Penangan
pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan
imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.
d) Prevalensi
Fraktur
lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
kecelakaan.Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada
wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon.
F. Jenis fraktur
1.
Complete
fraktur ( fraktur komplet ), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed frakture ( simple
fracture ), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
3. Open fracture ( compound
frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (
integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau
membran mukosa sampai ke patahan tulang.
4. Greenstick, fraktur
dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
5. Transversal, fraktur
sepanjang garis tengah tulang
6. Oblik, fraktur membentuk
sudut dengan garis tengah tulang
7. Spiral, fraktur memuntir
seputar batang tulang
8. Komunitif, fraktur dengan
tulang pecah menjadi beberapa fragmen
99. Depresi, fraktur dengan
frakmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan
wajah )
10. Kompresi, fraktur dimana
tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang )
111. Patologik, fraktur yang
terjadi pada daerah tulang berpenyakit ( kista tulang, paget, metastasis
tulang, tumor )
112. Avulsi, tertariknya
fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
13. Epifisial, fraktur
melalui epifisis
114. Impaksi,
fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar